Senin, 18 Desember 2017

Aktivitas Belajar Siswa

a)        Pengertian Aktifitas Belajar Siswa, myskripsi.blogspot.com
Proses belajar mengajar akan berdayaguna dan berhasil guna apabila siswa sendiri sebagai subjek sekaligus sebagai obyek dalam interaksi belajar mengajar tersebut dapat meningkatkan aktivitasnya. Dengan kata lain sebagai seorang siswa tidak akan memperoleh hasil belajar yang baik apabila tidak disertai dengan kemauan dan ketekunan dalam belajar walaupun guru telah berusaha melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan penuh rasa tanggug jawab.
Pengertian aktivitas belajar berasal dari dua kata yakni kata aktivitas dan kata belajar. Aktivitas  berasal dari bahasa ingris yakni activity yang bearti kegiatan. Kemudian di Indonesiakan menjadi aktivitas. Aktivitas berarti kegiatan yang dilakukan seseorang. Menurut Fuad Hasan (1991: 45) menyatakan bahwa : ”Aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan yang mempunyai efek belajar. Sedangkan Menurut Gage dan Barliner dalam (Dimyati dan Moedjiono 2006: 44)  “kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif, Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri”. Menurut Slameto (2010: 2): “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Kemudian menurut Thursan Hakim (2000: 1): “Belajar adalah proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut terlihat dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, pemahaman daya pikir dan pengetahuan”.
 Senada dengan pendapat diatas  menurut Gie (dalam Wawan, 2010: 1), “Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan).
Dari pendapat diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar siswa adalah suatu keaktifan, kegiatan atau kesibukan yang dilaksanakan oleh seorang siswa didalam melaksanakan proses belajar guna memperoleh perubahan tingkah laku atau menerima ilmu pengetahuan dari guru. Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengar, dan menulis, sementara kegiatan psikis seperti menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan menyimpulkan hasil percobaan serta kegiatan psikis lainnya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar aktivitas siswa sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aktifitas belajar yang dimaksud  dalam penelitian ini adalah aktifitas siswa dalam mengikuti pelajaran yang diwajibkan  dalam aktifitas Mendengarkan, Aktivitas lisan serta aktivitas mental.
2.      Bentuk-bentuk  Aktivitas Belajar
Kegiatan belajar atau aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa karena adanya motivasi sebagai penggerak untuk melakukan perbuatan belajar. Dengan dorongan tersebut dapat mengiatkan siswa belajar sehingga siswa semakin bersemangat atau bergairah untuk belajar. Seperti yang dikemukakan Udin S.  Winataputra, (2001:210) menyatakan:” Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak aktivitas. Bila motornya tidak ada, maka aktivitas tidak akan terjadi, motornya lemah maka aktivitas  yang terjadi pun lemah pula”.
Melalui motivasi yang dapat menggerakkan aktivitas belajar tersebut maka siswa dapat melakukan proses belajar dengan baik sesuai dengan harapan. Oleh karena itu aktivitas dalam belajar yang perlu dilakukan oleh siswa berupa kegiatan siswa mendengar penjelasan guru, kegiatan siswa melakukan  komunikasi  dalam bentuk tanay jawab  atau bertukar pendapat dan kegiatan gerak atau motorik. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sardiman, (2011:101) yang digolongkannya menjadi :
a)      Visual activities yang termasuk di dalamnya adalah membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b)      Oral activities, adalah menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c)      Listening activities, seperti mendengarkan, uraian, menaruh percakapan, diskusi musik, pidato.
d)      Writting activities, seperti menulis cerita, karangan laporan, angket, laporan.
e)      Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f)        Motor activities, yang termasuk di dalamnya adalah melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
g)      Mental activities, yang termasuk di dalamnya adalah menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h)      Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam penelitian ini yaitu: aktivitas mendengarkan penjelasan guru, aktivitas mencatat pelajaran, aktivitas membaca pelajaran, dan aktivitas menanggapi pelajaran. dibawah ini dijelaskan secara rinci bentuk-bentuk dari aktivitas belajar
1)   Aktivitas Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru
Proses belajar mengajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secarah terarah dan berkesinambungan untuk mencapai tujuan belajar bagi siswa dan mengajar bagi guru. Melalui proses belajar yang dilakukan oleh siswa tentunya membutuhkan peran aktif siswa, yang selanjutnya disebut aktivitas belajar siswa. Dalam belajar agar dapat mengetahui secara mendalam tentang materi  dan memperoleh pengalaman langsung dari apa yang diperbuatnya melalui aktivitas mendengar penjelasan guru.
Aktivitas mendengarkan  merupakan perbuatan belajar  yang melibatkan indera pendengaran seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, dan pengarahan. Stevenson (1991: 33), menyatakan pendapatnya mengenai aktivitas mendengarkan sebagai berikut: ”Students are learning only by hearing will happened a fault thingking. (Artinya siswa-siswa yang belajar hanya dengar dan mendengar sering kali mengalami kesalahan dalam berpikir). Kemungkinan terjadinya kondisi ini karena disebabkan siswa sering menginterprestasikan sendiri apa yang didengarnya tanpa melalui proses tanya jawab atau pembuktian dengan demonstrasi.
Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh siswa ditentukan oleh siswa sendiri, sebab siswalah sebagai subjek belajar yang harus mempunyai komitmen tentang  keberhasilannya. Untuk menunjang keberhasilan belajar berbagai berbgai cara yang dilakukan siswa, baik mendengar, melihat, merasakan, dan lain-lain. Menurut Tabrani Rusyan, (1992:23) menyatakan :”Peserta didik yang belajar harus melakukan banyak kegiatan, baik kegiatan sistem saraf seperti: melihat, merangsang, berpikir, kegiatan motoris dan sebagaimanya”.
Melalui aktivitas mendengar, siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan , sehingga proses belajar yang dilakukan oleh siswa benar-benar berarti bagi guru dan siswa dalam rangka mengembangkan potensi diri. Menurut Oemar Hamalik, (1990:21) mengatakan bahwa ”Kegiatan mendengarkan, penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan permainan, mendengarkan radio”. Dari pendapat diatas bahwa aktivitas mendengar dalam belajar perlu dilakukan oleh siswa untuk memahami penjelasan guru sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.
Adapun aktivitas siswa mendengarkan penjelasan guru dalam penelitian ini dengan indikator: mendengarkan penyajian materi pelajaran dengan sungguh-sungguh, dan mendengarkan pertayaan yang diajukan oleh guru dengan cermat.
2)   Aktivitas Siswa Mencatat Pelajaran
Agar proses pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran, siswa selalu mendengarkan penjelasan dari guru, tetapi adakalanya siswa perlu diberi kesempatan mencatat materi-materi yang dianggap penting. Oemar Hamalik, (1990:21) mengatakan: ”Kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat out line atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket”. Selanjutnya menurut The Liang Gie, (1990:85) mengatakan bahwa; ”Mencatat yang baik adalah mencatat atau menulis yang telah dimengerti oleh otak diorganisir dalam kepala dan kemudian dituliskan dikertas dalam bentuk garis besar.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa  aktivitas siswa mencatat pelajaran  adalah suatu  kegiatan  yang dilakukan siswa dengan mencatat materi  yang dipelajari, baik dalam bentuk belajar mandiri maupun klasikal. Hal ini dilakukan dengan maksud agar mudah dipahami dan diingat. Aktivitas mencatat tergolong kegiatan yang menyangkut kegiatan  menulis, karena apa yang dipelajari akan ditulis menjadi catatan-catatan penting yang perlu diingat dan dibaca kembali oleh siswa.
3)   Aktivitas Siswa Membaca Pelajaran
Aktivitas membaca dalam belajar merupakan kegiatan siswa dengan menggunakan kemampuan mengamati dengan cara membaca pelajaran. Aktivitas membaca dalam belajar sangat erat hubungannya sebab dengan membaca siswa akan dapat memperoleh informasi tentang pelajaran untuk meningkatkan kecerdasan siswa. Menurut Slameto (1991:83) mengatakan bahwa: ”Membaca besar pengaruhnya terhadap belajar. Hampir sebagian besar kegiatan adalah membaca”. Sejalan dengan Depdikbud, (1990:44)”Belajar sangat erat hubungannya dengan membaca. Dengan membaca orang dapat memperoleh informasi tentang pendapat, penemuan, dan pengalaman orang lain,. Dengan membaca akan memperoleh inspirasi dan gagasan tertentu, dan keinginan belajar bertambah kuat.
Selain itu dengan membaca membutuhkan kemampuan berupa penginderaan, pikiran, dan perasaan agar apa yang dipelajari mudah dipahami dan diingat oleh siswa. Sebagaimana pendapat Udin S. Winataputra, (2001:24) mengatakan bahwa:”Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dalam perasaannya  itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang  yang sedang belajar). Yang diamati oleh guru ialah manifestasinya, yaitu siswa sebagai aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut”.
Oleh karena itu untuk memperoleh informasi yang jelas dalam rangka pengembangan kemampuan berpikir kritis, meningkatan kecerdasan dan mengembangkan gagasan maka perlu mengembangkan aktivitas membaca yang perlu dilakukan oleh siswa.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas membaca pelajaran bagi siswa adalah : membiasakan membaca buku bacaan yang ada hubungan dengan pelajaran dan mengisi waktu kosong membaca buku diruang perpustakaan.

4)   Aktivitas Siswa Menanggapi Materi Pelajaran
Untuk mencapai hasil yang diaharapkan setiap siswa haruslah lebih giat belajar karena siswa sebagai subjek belajar. Belajar merupakan tugas yang harus dilakukan oleh siswa untuk mengembangkan kemampuannya. Untuk melakukan kegiatan sebaik-baiknya, tentunya membutuhkan aktivitas siswa, salah satunya aktivitas menanggapi materi pelajaran.
Melalui aktivitas menanggapi pelajaran dalam proses belajar mengajar, siswa dapat memahami secara jelas tentang materi yang disampaikan dan siswa menunjukkan pengembangan berikir kritis. Salah satu sikap kritis terhadap pelajaran yang disampaikan misalnya siswa bertanya dalam diskusi, mengemukakan pendapat, memberi kesimpulan tentang materi pelajaran. Selain itu aktivitas lisan yang dilakukan siswa dapat memberikan jalan keluar  manakala ia mengalami hambatan atau kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Sejalan dengan pendapat Paul B. Diedrich dalam Sadirman. AM (2003:101) yaitu: ”Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi dan interupsi.

Berdasarkan pendapat diatas, bahwa aktivitas lisan atau menanggapi dapat menggiatkan belajar siswa dalam memahami pelajaran yang disampaikan. Aktivitas tersebut yaitu: berusaha menjawab  pertayaan dari guru, berusaha menjawab pertayaan dari teman, megajukan pertayaan kepada guru tentang pelajaran, melontarkan pertayaan kepada teman dan kemampuan untuk mengeluarkan pendapat.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning together

1.    Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together
Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di Universitas Minnesota pada tahun 1999.  Menurut Johnson, & Johnson, (1990) menyatakan bahwa :
This method emphasizes team-building activities before students begin working together and regular discussions within groups about how well they are working together. Numerous relatively brief experiments have shown positive effects of these approaches.
Kemudian menurut Khoirun Nas menyatakan bahwa :
Learning Together adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok - kelompok beranggota 4 atau 5 orang yang heterogen menangani tugas tertentu. Kelompok - kelompok tersebut menyerahkan satu hasil kelompok. Mereka menerima pujian dan ganjaran berdasarkan pada hasil kelompok tersebut.

Menurut Miftahul huda, (2014:119) Menyatakan model pembelajaran learning toghether siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil, yang masing-masing kelompok diminta untuk menghasilkan suatu produk kelompok, kemudian guru bertugas mengawasi kelompok-kelompok ini berdasarkan lima unsur kooperatif.
Selanjutnya menurut Slavin, (1995:201) menyatakan bahwa In cooperative learning model Learning Together , students formed by 4-5 students to work on a heterogeneous assignment sheet . Each group was given only one worksheet yang artinya Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, siswa dibentuk oleh 4  – 5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. selanjutnya menurut  johnson, (2011:22) menyatakan In cooperative learning model Learning Together , students formed by 4-5 students to work on a heterogeneous assignment sheet . Each group was given only one worksheet. yang artinya suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa belajar dalam kelompok-kelompok beanggotakan 4-5 orang yang heterogen menyelesaikan tugas tertentu.
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas dapat peneliti simpulkan model pembelajaran learning together adalah model pembelajaran kelompok kecil terdiri dari beberapa orang siswa yang belajar bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu secara bersama-sama.
2.     Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together
Suatu model pembalajaran selalu memiliki fase atau langkah-langkah. Dan langkah-langkah inilah yang menjadi pedoman pendidik dalam menerapkannya dalam proses pembelajaran. Dibawah ini merupakan langkah-langkah model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together menurut Miftahul Huda (2014:119-120) langkah-langkahnya sebagai berikut:
1)   Guru menyajikan pelajaran
2)   Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 siswa secara heterogen
3)   Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi dan menyelesaikannya
4)   Beberapa kelompok mempersentasikan hasil pekerjaaannya
5)   Pemberian pujian dan dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok


Langkah-langkah model pembelajaran learning together diatas meupakan tindakan berpola. Pola ini diciptakan agar hasil pembelajaran dengan pengembangan model pembelajaran learning together dapat diajarkan agar dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam belajar.

MODEL PEMBELAJARAN SAVI

1.      Pengertian Model Pembelajaran Savi
SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
Pendekatan “SAVI” merupakan salah satu pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran. Dave meier (2002: 91) menyatakan bahwa, “pendekatan SAVI” merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indera. Unsur-unsur yang terdapat dalam “SAVI” adalah somatik, auditori, visual dan intelektual. Keempat unsur ini harus ada dalam peristiwa pembelajaran, sehingga belajar bisa optimal.
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri atau bergerak kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik  dengan aktifitas intelektual  dan penggunaan semua indra  dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Pendekatan seperti ini disebut dengan Pendekatan SAVI yaitu belajar yang melibatkan unsur: Somatis, Auditory, Visual, dan intelektual.
a)      Somatis    : Belajar dengan bergerak dan berbuat
b)      Auditory  : Belajar dengan berbicara dan mendengar
c)      Visual         : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
d)     Intelektual  : Belajar denga memecahkan masalah dan merenung.
Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar belangsung optimal, karena keempat unsur ini terpadu untuk mencapai tujuan belajar.
a)      Belajar Somatis
Somatis berasal dari Bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam psikomatis). Jadi belajar somatis adalah belajar dengan indra peraba, kinestis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan  tubuh sewaktu belajar. Anak-anak yang bersifat somtis tidak dapat duduk tenang dan harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat pikiran mereka tetap hidup, sering dianggap mengganggu, tidak mampu belajar dan merupakan ancaman bagi sistem. Mereka dicap hiperaktif  dan kadang-kadang mereka diberi obat penenang. Anak-anak hiperaktif kadang-kadang menderita karena sekolah tidak tahu cara memperlakukan mereka kecuali menyatakan mereka sebagai manusia yang abnormal (Edward, 1976: 64). Tubuh dan pikiran itu satu. Keduannya merupakan satu sistem elektris-kimiawi-biologis yang benar-benar terpadu.
Pemisahan antara tubuh dan pikiran merupakan ketimpangan  bagi  siswa yang memiliki karakter somatis, karena akan menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya. Untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang membuat peserta didik bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua pembelajaran memerlukan aktifitas fisik, tetapi dengan beganti-ganti menjalankan aktifitas belajar secara aktif dan pasif secara fisik berarti membantu pembelajaran setiap peserta didik.
b)      Belajar Auditory
Pikiran auditory lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak menjadi aktif. Model siswa auditory lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan.
Menurut  Ascraft (dalam Sugiarso, 2006:25) bahwa echonic memory merupakan sistem sistem ingatan ringkas yang menerima rangsangan pendengaran dan mempertahankannya untuk beberapa saat. Jika perhatian diarahkan selama interval kritis, informasi dapat dikirim ke dan ditangkap ke short term memory.
Ciri-ciri siswa auditory menurut De Porter dan Herbarcki (2002:50) diantaranya adalah:
1)   Lebih cepat dengan mendengarkan
2)   Menggerakan bibir mereka dan menggucapkan tulisan dibuku ketika membaca
3)   Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
4)   Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
5)   Bagus dalam berbicara dan bercerita
6)   Berbicara dengan irama yang terpola
7)   Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
8)   Suka mengerjakan tugas berkelompok

Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang mereka sedang pelajari. Suruh mereka menterjemahkan pengalamannya dengan suara. Mintalah mereka membaca dengan keras-keras- secara dramatis jika mereka mau. Ajak berbicara ketika memcahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai ketrampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi mereka sendiri.

c)      Belajar Visual
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah dalam otak setiap orang terdapat banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain (Dave Meier:2002:145). Owen Caskey (2000:54) menegaskan bahwa orang yang menggunakan pencitraan (simbol) untuk mepelajri informasi teknis dan ilmiah rata-rata memperoleh nilai 12% lebih baik untuk ingatan jangka pendek dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan pencitraan, dan 26% lebih baik untuk ingatan jangka panjang. Statistik ini berlaku bagi setiap orang tanpa memandang usia, gender atau gaya belajar yang diplih.
Cara membantu siswa yang memiliki gaya belajar visual adalah dengan memberikan contoh dari dunia nyata, memberikan diagram, peta gagasan, ikon-ikon, dan gambar dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar. Kadang-kadang mereka dapat belajar lebih baik jika mereka mampu menciptkan peta gagasan, diagram, ikon, dan citra mreka sendiri dari hal-hal yang sedang mereka pelajari.
Orang dewasa juga lebih mudah belajar jika menciptakan piktogram, ikon atau pajangan tiga dimensi dan bentuk visual lain dari materi pembelajaran mereka. Teknik lain yang bisa digunakan adalah dengan meminta mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip atau makna yang dicontohkannya.
d)     Belajar Intelektual
Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman  dan menciptkan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual merupakan bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Menurut Dave Meier (2002:160) intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran , sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Intelektual menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru.
Aspek intelektual akan terlatih jika siswa diajak untuk terlibat dalam beberapa aktifitas seperti: memecahkan masalah, menganalisa pengalaman, mengerjakan perencanaan strategis, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi dan meramalkan implikasi suatu gagasan.
2.      Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran SAVI
Meier (dalam Sidjabat, 2009:121) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar dengan menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut.
a)    Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.
b)    Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
c)    Kerjasama membantu proses belajar.
d)   Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
e)    Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
f)    Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
g)   Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

3.      Langkah-langkah model pembelajaran SAVI
Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. dibawah ini di langkah-langkah model pembelajaran SAVI yang dikemukakan oleh Miftahul huda, (2011:124) yaitu
a.    Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal:
1)      Memberikan sugesi positif
2)      Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
3)      Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
4)      Membangkitkan rasa ingin tahu
5)      Menciptakan lingkungan fisik yang positif.
6)      Menciptakan lingkungan emosional yang positif
7)      Menciptakan lingkungan sosial yang positif
8)      Menenangkan rasa takut
9)      Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
10)  Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
11)  Merangsang rasa ingin tahu siswa
12)  Mengajak siswa terlibat penuh sejak awal pembelajaran
b.    Tahap Penyampaian (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menari, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru:
1)      Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan
2)      Pengamatan fenomena dunia nyata
3)      Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
4)      Presentasi interaktif
5)      Grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni
6)      Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
7)      Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
8)      Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
9)      Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
10)  Pelatihan memecahkan masalah
c.    Tahap Pelatihan (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
1)      Aktivitas pemrosesan siswa
2)      Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
3)      Simulasi dunia-nyata
4)      Permainan dalam belajar
5)      Pelatihan aksi pembelajaran
6)      Aktivitas pemecahan masalah
7)      Refleksi dan artikulasi individu
8)      Dialog berpasangan atau berkelompok
9)      Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
10)  Aktivitas praktis membangun keterampilan
11)  Mengajar balik
d.   Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal –hal yang dapat dilakukan adalah:
1)      Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
2)      Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
3)      Aktivitas penguatan penerapan
4)      Materi penguatan persepsi
5)      Pelatihan terus menerus
6)      Umpan balik dan evaluasi kinerja
7)      Aktivitas dukungan kawan
8)      Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.


Langkah-langkah diatas merupakan pedoman bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran savi didalam proses pembelajaran, keberhasilan langkah-langkah tersebut juga tergantung dari keseriusan dari guru serta kreatifitas dalam membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar.

PENGERTIAN DAN LANGKAH-LANGKAH MODEL/METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN 1.     Pengertian Model Pembelajaran Istilah model pembela...