1. Pengertian Model Pembelajaran Savi
SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan
Intektual. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar
haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Teori yang
mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated
Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas
(visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan
(holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol.
Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar
yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan
segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu
lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.
Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif
dan hidup.
Pendekatan “SAVI” merupakan salah satu pendekatan yang
diterapkan dalam pembelajaran. Dave meier (2002: 91) menyatakan bahwa,
“pendekatan SAVI” merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan cara
menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua
alat indera. Unsur-unsur yang terdapat dalam “SAVI” adalah somatik, auditori,
visual dan intelektual. Keempat unsur ini harus ada dalam peristiwa
pembelajaran, sehingga belajar bisa optimal.
Pembelajaran tidak
otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri atau bergerak kesana kemari.
Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik
dengan aktifitas intelektual dan
penggunaan semua indra dapat berpengaruh
besar pada pembelajaran. Pendekatan seperti ini disebut dengan Pendekatan SAVI
yaitu belajar yang melibatkan unsur: Somatis, Auditory, Visual, dan
intelektual.
a)
Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat
b)
Auditory : Belajar dengan berbicara dan mendengar
c)
Visual :
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
d)
Intelektual : Belajar denga memecahkan masalah dan
merenung.
Keempat cara
belajar ini harus ada agar belajar belangsung optimal, karena keempat unsur ini
terpadu untuk mencapai tujuan belajar.
a)
Belajar Somatis
Somatis berasal
dari Bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam psikomatis). Jadi
belajar somatis adalah belajar dengan indra peraba, kinestis, praktis
melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Anak-anak yang
bersifat somtis tidak dapat duduk tenang dan harus menggerakkan tubuh mereka
untuk membuat pikiran mereka tetap hidup, sering dianggap mengganggu, tidak
mampu belajar dan merupakan ancaman bagi sistem. Mereka dicap hiperaktif dan kadang-kadang mereka diberi obat
penenang. Anak-anak hiperaktif kadang-kadang menderita karena sekolah tidak
tahu cara memperlakukan mereka kecuali menyatakan mereka sebagai manusia yang
abnormal (Edward, 1976: 64). Tubuh dan pikiran itu satu. Keduannya merupakan
satu sistem elektris-kimiawi-biologis yang benar-benar terpadu.
Pemisahan antara
tubuh dan pikiran merupakan ketimpangan
bagi siswa yang memiliki karakter
somatis, karena akan menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya. Untuk
merangsang hubungan pikiran dan tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang membuat
peserta didik bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari
waktu ke waktu. Tidak semua pembelajaran memerlukan aktifitas fisik, tetapi
dengan beganti-ganti menjalankan aktifitas belajar secara aktif dan pasif
secara fisik berarti membantu pembelajaran setiap peserta didik.
b)
Belajar Auditory
Pikiran auditory
lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menangkap dan
menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat
suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak menjadi aktif. Model
siswa auditory lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan.
Menurut Ascraft (dalam Sugiarso, 2006:25) bahwa
echonic memory merupakan sistem sistem ingatan ringkas yang menerima rangsangan
pendengaran dan mempertahankannya untuk beberapa saat. Jika perhatian diarahkan
selama interval kritis, informasi dapat dikirim ke dan ditangkap ke short term
memory.
Ciri-ciri siswa
auditory menurut De Porter dan Herbarcki (2002:50) diantaranya adalah:
1)
Lebih
cepat dengan mendengarkan
2)
Menggerakan
bibir mereka dan menggucapkan tulisan dibuku ketika membaca
3)
Senang
membaca dengan keras dan mendengarkan
4)
Dapat
mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
5)
Bagus
dalam berbicara dan bercerita
6)
Berbicara
dengan irama yang terpola
7)
Suka
berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
8)
Suka
mengerjakan tugas berkelompok
Dalam merancang
pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa,
carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang mereka sedang
pelajari. Suruh mereka menterjemahkan pengalamannya dengan suara. Mintalah
mereka membaca dengan keras-keras- secara dramatis jika mereka mau. Ajak
berbicara ketika memcahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi,
membuat rencana kerja, menguasai ketrampilan, membuat tinjauan pengalaman
belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi mereka sendiri.
c)
Belajar Visual
Ketajaman visual,
meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap
orang. Alasannya adalah dalam otak setiap orang terdapat banyak perangkat untuk
memproses informasi visual daripada semua indra yang lain (Dave
Meier:2002:145). Owen Caskey (2000:54) menegaskan bahwa orang yang menggunakan
pencitraan (simbol) untuk mepelajri informasi teknis dan ilmiah rata-rata
memperoleh nilai 12% lebih baik untuk ingatan jangka pendek dibandingkan dengan
mereka yang tidak menggunakan pencitraan, dan 26% lebih baik untuk ingatan jangka
panjang. Statistik ini berlaku bagi setiap orang tanpa memandang usia, gender
atau gaya belajar yang diplih.
Cara membantu siswa
yang memiliki gaya belajar visual adalah dengan memberikan contoh dari dunia
nyata, memberikan diagram, peta gagasan, ikon-ikon, dan gambar dari segala
macam hal ketika mereka sedang belajar. Kadang-kadang mereka dapat belajar
lebih baik jika mereka mampu menciptkan peta gagasan, diagram, ikon, dan citra
mreka sendiri dari hal-hal yang sedang mereka pelajari.
Orang dewasa juga
lebih mudah belajar jika menciptakan piktogram, ikon atau pajangan tiga dimensi
dan bentuk visual lain dari materi pembelajaran mereka. Teknik lain yang bisa
digunakan adalah dengan meminta mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan
serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip atau makna yang
dicontohkannya.
d)
Belajar Intelektual
Kata intelektual
menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal
ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptkan hubungan, makna, rencana, dan
nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual merupakan bagian diri yang
merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Menurut Dave Meier
(2002:160) intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran , sarana yang
digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan
saraf baru dan belajar. Intelektual menghubungkan pengalaman mental, fisik,
emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru.
Aspek intelektual
akan terlatih jika siswa diajak untuk terlibat dalam beberapa aktifitas
seperti: memecahkan masalah, menganalisa pengalaman, mengerjakan perencanaan
strategis, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi dan
meramalkan implikasi suatu gagasan.
2. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran SAVI
Meier (dalam
Sidjabat, 2009:121) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar dengan
menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut.
a)
Belajar
melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.
b)
Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
c)
Kerjasama
membantu proses belajar.
d)
Pembelajaran
berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
e)
Belajar
berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
f)
Emosi
positif sangat membantu pembelajaran.
g)
Otak-citra
menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
3. Langkah-langkah model pembelajaran SAVI
Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah
persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. dibawah ini di
langkah-langkah model pembelajaran SAVI yang dikemukakan oleh Miftahul huda,
(2011:124) yaitu
a.
Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada
tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai
pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi
optimal untuk belajar.
Secara spesifik meliputi hal:
1)
Memberikan sugesi positif
2)
Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada
siswa
3)
Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
4)
Membangkitkan rasa ingin tahu
5)
Menciptakan lingkungan fisik yang positif.
6)
Menciptakan lingkungan emosional yang positif
7)
Menciptakan lingkungan sosial yang positif
8)
Menenangkan rasa takut
9)
Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
10) Banyak
bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
11) Merangsang
rasa ingin tahu siswa
12) Mengajak
siswa terlibat penuh sejak awal pembelajaran
b.
Tahap Penyampaian (kegiatan inti)
Pada
tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru
dengan cara menari, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok
untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru:
1)
Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan
2)
Pengamatan fenomena dunia nyata
3)
Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
4)
Presentasi interaktif
5)
Grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni
6)
Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya
belajar
7)
Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
8)
Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
9)
Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
10) Pelatihan
memecahkan masalah
c.
Tahap Pelatihan (kegiatan inti)
Pada
tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap
pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang
dilakukan guru yaitu:
1)
Aktivitas pemrosesan siswa
2)
Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha
kembali
3)
Simulasi dunia-nyata
4)
Permainan dalam belajar
5)
Pelatihan aksi pembelajaran
6)
Aktivitas pemecahan masalah
7)
Refleksi dan artikulasi individu
8)
Dialog berpasangan atau berkelompok
9)
Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
10) Aktivitas
praktis membangun keterampilan
11) Mengajar
balik
d.
Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)
Pada
tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan
atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan
melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal –hal yang dapat
dilakukan adalah:
1)
Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
2)
Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
3)
Aktivitas penguatan penerapan
4)
Materi penguatan persepsi
5)
Pelatihan terus menerus
6)
Umpan balik dan evaluasi kinerja
7)
Aktivitas dukungan kawan
8)
Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.
Langkah-langkah diatas merupakan pedoman bagi
guru dalam menerapkan model pembelajaran savi didalam proses pembelajaran,
keberhasilan langkah-langkah tersebut juga tergantung dari keseriusan dari guru
serta kreatifitas dalam membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam proses
belajar mengajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar