Senin, 18 Desember 2017

MODEL PEMBELAJARAN SAVI

1.      Pengertian Model Pembelajaran Savi
SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
Pendekatan “SAVI” merupakan salah satu pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran. Dave meier (2002: 91) menyatakan bahwa, “pendekatan SAVI” merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indera. Unsur-unsur yang terdapat dalam “SAVI” adalah somatik, auditori, visual dan intelektual. Keempat unsur ini harus ada dalam peristiwa pembelajaran, sehingga belajar bisa optimal.
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri atau bergerak kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik  dengan aktifitas intelektual  dan penggunaan semua indra  dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Pendekatan seperti ini disebut dengan Pendekatan SAVI yaitu belajar yang melibatkan unsur: Somatis, Auditory, Visual, dan intelektual.
a)      Somatis    : Belajar dengan bergerak dan berbuat
b)      Auditory  : Belajar dengan berbicara dan mendengar
c)      Visual         : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
d)     Intelektual  : Belajar denga memecahkan masalah dan merenung.
Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar belangsung optimal, karena keempat unsur ini terpadu untuk mencapai tujuan belajar.
a)      Belajar Somatis
Somatis berasal dari Bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam psikomatis). Jadi belajar somatis adalah belajar dengan indra peraba, kinestis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan  tubuh sewaktu belajar. Anak-anak yang bersifat somtis tidak dapat duduk tenang dan harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat pikiran mereka tetap hidup, sering dianggap mengganggu, tidak mampu belajar dan merupakan ancaman bagi sistem. Mereka dicap hiperaktif  dan kadang-kadang mereka diberi obat penenang. Anak-anak hiperaktif kadang-kadang menderita karena sekolah tidak tahu cara memperlakukan mereka kecuali menyatakan mereka sebagai manusia yang abnormal (Edward, 1976: 64). Tubuh dan pikiran itu satu. Keduannya merupakan satu sistem elektris-kimiawi-biologis yang benar-benar terpadu.
Pemisahan antara tubuh dan pikiran merupakan ketimpangan  bagi  siswa yang memiliki karakter somatis, karena akan menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya. Untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang membuat peserta didik bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua pembelajaran memerlukan aktifitas fisik, tetapi dengan beganti-ganti menjalankan aktifitas belajar secara aktif dan pasif secara fisik berarti membantu pembelajaran setiap peserta didik.
b)      Belajar Auditory
Pikiran auditory lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak menjadi aktif. Model siswa auditory lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan.
Menurut  Ascraft (dalam Sugiarso, 2006:25) bahwa echonic memory merupakan sistem sistem ingatan ringkas yang menerima rangsangan pendengaran dan mempertahankannya untuk beberapa saat. Jika perhatian diarahkan selama interval kritis, informasi dapat dikirim ke dan ditangkap ke short term memory.
Ciri-ciri siswa auditory menurut De Porter dan Herbarcki (2002:50) diantaranya adalah:
1)   Lebih cepat dengan mendengarkan
2)   Menggerakan bibir mereka dan menggucapkan tulisan dibuku ketika membaca
3)   Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
4)   Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
5)   Bagus dalam berbicara dan bercerita
6)   Berbicara dengan irama yang terpola
7)   Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
8)   Suka mengerjakan tugas berkelompok

Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang mereka sedang pelajari. Suruh mereka menterjemahkan pengalamannya dengan suara. Mintalah mereka membaca dengan keras-keras- secara dramatis jika mereka mau. Ajak berbicara ketika memcahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai ketrampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi mereka sendiri.

c)      Belajar Visual
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah dalam otak setiap orang terdapat banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain (Dave Meier:2002:145). Owen Caskey (2000:54) menegaskan bahwa orang yang menggunakan pencitraan (simbol) untuk mepelajri informasi teknis dan ilmiah rata-rata memperoleh nilai 12% lebih baik untuk ingatan jangka pendek dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan pencitraan, dan 26% lebih baik untuk ingatan jangka panjang. Statistik ini berlaku bagi setiap orang tanpa memandang usia, gender atau gaya belajar yang diplih.
Cara membantu siswa yang memiliki gaya belajar visual adalah dengan memberikan contoh dari dunia nyata, memberikan diagram, peta gagasan, ikon-ikon, dan gambar dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar. Kadang-kadang mereka dapat belajar lebih baik jika mereka mampu menciptkan peta gagasan, diagram, ikon, dan citra mreka sendiri dari hal-hal yang sedang mereka pelajari.
Orang dewasa juga lebih mudah belajar jika menciptakan piktogram, ikon atau pajangan tiga dimensi dan bentuk visual lain dari materi pembelajaran mereka. Teknik lain yang bisa digunakan adalah dengan meminta mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip atau makna yang dicontohkannya.
d)     Belajar Intelektual
Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman  dan menciptkan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual merupakan bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Menurut Dave Meier (2002:160) intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran , sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Intelektual menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru.
Aspek intelektual akan terlatih jika siswa diajak untuk terlibat dalam beberapa aktifitas seperti: memecahkan masalah, menganalisa pengalaman, mengerjakan perencanaan strategis, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi dan meramalkan implikasi suatu gagasan.
2.      Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran SAVI
Meier (dalam Sidjabat, 2009:121) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar dengan menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut.
a)    Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.
b)    Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
c)    Kerjasama membantu proses belajar.
d)   Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
e)    Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
f)    Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
g)   Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

3.      Langkah-langkah model pembelajaran SAVI
Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. dibawah ini di langkah-langkah model pembelajaran SAVI yang dikemukakan oleh Miftahul huda, (2011:124) yaitu
a.    Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal:
1)      Memberikan sugesi positif
2)      Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
3)      Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
4)      Membangkitkan rasa ingin tahu
5)      Menciptakan lingkungan fisik yang positif.
6)      Menciptakan lingkungan emosional yang positif
7)      Menciptakan lingkungan sosial yang positif
8)      Menenangkan rasa takut
9)      Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
10)  Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
11)  Merangsang rasa ingin tahu siswa
12)  Mengajak siswa terlibat penuh sejak awal pembelajaran
b.    Tahap Penyampaian (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menari, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru:
1)      Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan
2)      Pengamatan fenomena dunia nyata
3)      Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
4)      Presentasi interaktif
5)      Grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni
6)      Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
7)      Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
8)      Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
9)      Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
10)  Pelatihan memecahkan masalah
c.    Tahap Pelatihan (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
1)      Aktivitas pemrosesan siswa
2)      Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
3)      Simulasi dunia-nyata
4)      Permainan dalam belajar
5)      Pelatihan aksi pembelajaran
6)      Aktivitas pemecahan masalah
7)      Refleksi dan artikulasi individu
8)      Dialog berpasangan atau berkelompok
9)      Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
10)  Aktivitas praktis membangun keterampilan
11)  Mengajar balik
d.   Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal –hal yang dapat dilakukan adalah:
1)      Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
2)      Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
3)      Aktivitas penguatan penerapan
4)      Materi penguatan persepsi
5)      Pelatihan terus menerus
6)      Umpan balik dan evaluasi kinerja
7)      Aktivitas dukungan kawan
8)      Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.


Langkah-langkah diatas merupakan pedoman bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran savi didalam proses pembelajaran, keberhasilan langkah-langkah tersebut juga tergantung dari keseriusan dari guru serta kreatifitas dalam membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGERTIAN DAN LANGKAH-LANGKAH MODEL/METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN 1.     Pengertian Model Pembelajaran Istilah model pembela...