1.
Pengertian
Pembelajaran Kooperatif dinamisenak.blogspot.com
Menurut
Isjoni (2011:15) “Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) berasal dari kata cooperative
yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim”. Selanjutnya menurut
Hamid Hasan (dalam Etin Solihatin, 2007:4) pembelajaran kooperatif adalah
“Bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama”.
Etin
Solihatin dan Raharjo (2007:5) menyatakan bahwa pada dasarnya cooperative learning mengandung
pengertian: “Sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama
dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri”.
Selanjutnya
Robyn M. Gillies (1949:33) mengemukakan bahwa: “Cooperative learning is a
pedagogical practice that involves students'
working together in small group to accomplish shared goals. in cooperative
learning, each group member is required not only to complete his or her goal but
to ensure that other do likewise if the group is to achieve its goal”.
Artinya : Pembelajaran kooperatif adalah
praktek pedagogis yang melibatkan siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok
diperlukan tidak hanya untuk menyelesaikan tujuannya tetapi untuk memastikan
bahwa melakukan hal yang sama jika grup tersebut ingin mencapai tujuannya.
Selanjutnya Joseph Abruscato
(1996:74) mengemukakan bahwa : “A cooperative learning group
consists of group of children who are in fact working together on a project,
are supportive of one another, and are accountable for their individual
learning as well as the learning of every other person in the group”
Artinya : Kelompok
pembelajaran kooperatif terdiri dari
kelompok anak-anak yang bekerja sama dalam sebuah proyek, yang mendukung satu
sama lain, dan bertanggung jawab terhadap
pembelajaran mereka masing-masing serta belajar dari
setiap anggota dalam kelompok.
Berdasarkan pendapat
para ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran berkelompok yang terdiri dari 4-6 orang peserta didik
yang saling bekerja sama membantu anggota kelompoknya dalam menyelesaikan suatu
tugas untuk mencapai tujuan bersama.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament
Team
Games Tournament merupakan salah satu tipe dari
pembelajaran kooperatif yang mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok
kecil dalam belajar. Team Games
Tournament yang biasa disingkat TGT pada awalnya dikembangkan oleh Davied Devries
dan Keith Edward.
Menurut Lif Khoiru
Ahmadi, dkk (2011:63) pembelajaran kooperatif Team Games Tournament adalah “Salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan dan reinforcement”. Selanjutnya menurut Rusman (2011:224) TGT
adalah “Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda”.
Dengan demikian dari
beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran kooperatif Team
Games Tournament, maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournamen adalah
pembelajaran berkelompok yang beranggotakan
5 sampai 6 orang didahului dengan penyajian materi dan diakhiri dengan
memberikan sejumlah pertanyaan yang mengandung unsur permainan yang melibatkan
seluruh siswa tanpa memperhatikan kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras
yang berbeda.
3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Team Games Tournament
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari beberapa tahap, dan pada awal kegiatan peserta
didik terlebih dahulu mendapatkan pemberitahuan bahwa pada akhir kegiatan
pembelajaran akan diadakan turnamen antar kelompok. Dengan menerapkan model
kooperatif tipe TGT ini diharapkan dapat membiasakan peserta didik berkompetisi
secara aktif di kelas sehingga timbul kesadaran dalam diri peserta didik untuk
belajar menjadi tim yang lebih baik dan memelihara kekompakan di dalam timnya
tersebut.
Berikut diuraikan
langkah-langkah pelaksanaan Team Games
Tournament Menurut Robert E. Slavin (dalam Narulita Yusron 2010:171-175) yaitu
sebagai berikut.
a. Pengajaran
1) Menyiapkan
Rencana Pembelajaran
2) Guru
menyampaikan materi yang akan dipelajari
b. Belajar
Tim
1)
Menempatkan
siswa dalam kelompok atau team
2)
Siswa
belajar dalam tim dan mengerjakan tugas
c. Turnamen
1)
Siswa
menempati meja turnamen masing-masing
2)
Setiap meja terdapat 1 lembar pertanyaan/soal, 1
lembar kunci jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lembar pencatatan skor permainan.
3)
Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I dan yang lain menjadi penantang I dan II.
4)
Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang
teratas.
5)
Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan
mencoba menjawabnya.
6)
Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda,
mereka dapat mengajukan jawaban secara bergantian, kemudian jawaban siswa
dicocokkan dengan kunci jawaban yang telah tersedia dimeja tournament.
7)
Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan)
dengan prosedur yang sama.
d. Rekognisi
Tim
1) Setelah
selesai, siswa menghitung kartu dan skor yang mereka peroleh dan diakumulasi
dengan jumlah skor anggota tim.
2) Kemudian
mengumumkan kelompok yang menang.
3) Memberikan
penghargaan
Berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan TGT tersebut,
berikut disajikan pada gambar II.1 penempatan siswa dalam meja
turnamen untuk mempermudah pemahaman tentang pelaksanaan TGT dalam pembelajaran menurut Robert E. Slavin (dalam Narulita Yusron 2010:168).
Sebelum melaksanakan turnamen, terlebih dahulu
membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil berdasarkan prestasi. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa
untuk berada pada meja turnamen. Tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada
meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya.
Berdasarkan kedua
pendapat tentang pelaksanaan TGT ini, maka dapat peneliti memberikan kesimpulan
bahwa penerapan TGT dimulai dengan penyajian materi oleh guru, dilanjutkan
dengan belajar secara berkelompok atau diskusi kelompok, mengadakan evaluasi
dengan melakukan permainan, dan terakhir melakukan penilaian atau penghargaan
sesuai dengan hasil yang dicapai oleh masing-masing kelompok.
4.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Team Games Tournament
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan maupun
kekurangan dalam penerapannya. Begitu juga dengan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament ini.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran Team Games Tournament Suarjana (dalam Ziyan Takhqiqi. A
(2005:123), antara lain:
a. Lebih meningkatkan pencurahan waktu
untuk tugas-tugas
b. Mengedepankan penerimaan terhadap
individu
c. Dengan waktu yang sedikit dapat
menguasai meteri secara mendalam
d. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
e. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
f. Motivasi belajar lebih tinggi
g. Hasil belajar lebih baik
h. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Sedangkan kelemahan pembelajaran Team Games Tournament antara lain:
1) Bagi guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi
akademis.
2)
Bagi siswa
Masih adanya siswa
berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada
siswa lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar