Minggu, 26 November 2017

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


1.    Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
Selama ini pembelajaran mayoritas berpusat pada guru dengan metode ceramah. Guru mendominasi seluruh aspek pembelajaran dan siswa hanya sebagai objek yang pasif dan tidak kreatif. Pembelajaran berbasis kompetensi dilakukan dengan orientasi pencapaian siswa, sehingga muara akhir hasil pembelajaradinamisenak.blogspot.comn yakni meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Pembelajaran sangat efektif bila pengetahuan baru diberikan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan yang diberikan hendaknya ada hubungan yang erat dengan pengalaman nyata siswa sesungguhnya. Suatu program pembelajaran yang bukanlah sekedar suatu kumpulan  mata pelajaran, namun lebih dari itu. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun program pembelajaran antara lain peran guru, hakikat pengajaran dan pembelajaran dan misi sekolah dalam masyarakat.
Menurut Nurhadi (dalam Rusman 2013: 189) mengatakan bahwa kontekstual  merupakan “konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat”.
Dalam kegiatan belajar mengajar siswa guru memberikan suatu respect dalam menyampaikan materi agar siswa dapat memahami untuk menumbuhkan rasa pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif serta siswa didorong untuk bertanya untuk mengetahui sesuatu mengarahkan siswa untuk memperoleh sesuatu  informasi juga menemukan fenomena yang ditemukan siswa dimana siswa dapat menilai dan mengumpulkan data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Kemudaian menurut Rusman, (2013: 190) pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang bersifat konkkrit (berkaitan dengan kehidupan nyata) melaui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan dan mengalami sendiri.
Sejalan dengan pendapat diatas Trianto (2008: 17) mengemukakan pembelajaran Kontekstual adalah “suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara”. Selanjutnya menurut Elaine B. Jochson (Dalam Rusman 2012:187)  mengatakan Sistem Kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka.
Kontekstual merupakan akronim dari (contextual theaching and learning CTL), yang berlandaskan filosofis (CTL) bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau yang mereka alami dalam kehidupannya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan  bahwa pembelajaran kontekstual adalah keterkaitan pembelajaran dengan situasi dunia nyata untuk memperluas wawasan pengetahuan siswa untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
      2.  Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kontekstual
a.    Konstruktivisme
Konstruktivisme (constructivisvism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan  mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar, itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses "menkonstruksi" bukan "menerima" pengetahuan. dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam  proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Landasan berfikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis, straegi "memperoleh" lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah menfasilitasi proses tersebut menurut pendapat Masnur Muslich (2007 : 44) dikatakan :
1)   Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
2)   Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
3)   Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengelaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui  dua cara , yaitu asimilasi atau akomodasi. asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.
Pada umumnya kita juga sudah menerapkan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita merancang pembelajaran dalam bentuk siswa praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan dan ide.
b.      Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan, telah lama diperkenalkan dalam pembelajaran inquiry dan discovery (mencari dan menemukan). Unsur dari kedua pembelajaran kontekstual secara prinsip tidak banyak perbedaan yang intinya sama yaitu model atau sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing.
c.       Bertanya (Questioning).
Questioning merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek ynag belum diketahuinya,
Menurut Rusman (2013: 195) sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya  berguna untuk sebagai berikut :
1)   menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
2)   mengecek pemahaman siswa
3)   membangkitkan respon kepada siswa
4)   mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
5)   mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
6)   menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki  
     guru
7)   untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari 
     siswa
8)   Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa

Hampir pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan; antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas,. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati. Kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk "bertanya".
d.      Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep ini merupakan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hal ini bearti bahwa hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman antar kelompok  dan antara yag tahu kepada yang tidak tahu baik didalam maupun diluar kelas. Karena inti pembelajaran yang dikemas dalam berdikusi kelompok yang anggotanya heterogen dengan jumlah bervariasi, sangat mendukung komponen pembelajaran masyarakat belajar ini.
e.       Pemodelan (Modelling)
Konsep pedekatan ini merupakan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bias ditiru oleh siswa. Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh materi yang disampaikan dan dimodelkan oleh siswa atau juga didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya. Cara pembelajaran seperti ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya.
f.       Refleksi (reflection)
Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, merupa pegayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru.
g.      Penilaian Sebenarnya (Aunthentic Assesment).
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir priode (cawu/semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti) ulangan / ujian nasional , tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Data dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa gar mampu mempelajari (learning how to learn) bukan ditekan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. 
Kemudian belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil. Ketika guru mengajarkan  sepak bola, siswa yang tendangannya paling bagus, dialah yang memperoleh nilai tinggi. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa.
Penilaian tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Menurut Masnur Muslich (2007;47) Karakteristik autentic assessment sebagai berikut  :
1)   Dilaksanakan  selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
2)   Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
3)   Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.
4)   Berkesinambungan
5)   Terintragrasi
6)   Dapat digunakan sebagai feed back

Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai hasilbelajar siswa :
1)      Proyek/kegiatan dan laporannya
2)      PR
3)      Kuis
4)      Karya Tulis
5)      Presentasi atau penampilan siswa
6)      Demonstrasi
7)      Laporan
8)      Jurnal
9)      Hasil tes tulis
10)  Karya tulis


3.      Langkah-Langkah Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual  
Dibawah ini dikemukan langkah-langkah penggunaan pendekatan kontekstual menurut Rusman (2013: 192) yaitu :
a)      Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, apakah dengan cara belajar sendiri, menemukan sendiri dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya.
b)      Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
c)      Mengembangkan sifat ingin tau siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
d)     Menciptakan masyrakat belajar, seperti melaui kegiatan kelompok, berdiskusi tanya jawab dan lain sebagainya.
e)      Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya.
f)       Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

g)      Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGERTIAN DAN LANGKAH-LANGKAH MODEL/METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN 1.     Pengertian Model Pembelajaran Istilah model pembela...